GURUKU, JAGA LISANMU

 

Di dalam Al Quran [Surat Al - Ahzab ayat 70] Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk melakukan dua hal utama, bertaqwa dan berkata benar atau jujur. Ayat ini menunjukkan bahwa iman itu tidak hanya bersemayam di dalam dada, melainkan terejawantahkan dalam amal anggota badan dan lisan. Ini juga merupakan bukti bahwa Islam bukanlah agama yang hanya mengurusi hubungan dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama manusia. Seorang yang beriman akan selalu menjaga lisannya karena  ia yakin Allah selalu mengawasi setiap ucapan dan perbuatannya, Allah Maha Mengetahui yang ia sembunyikan maupun yang ia tampakkan.

Pernyataan tersebut senada dengan sabda Nabi; “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangga, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamu” [Riwayat Al Bukhori]. Ibarat mata koin, iman dan amal keduanya tidak bisa dipisahkan. Orang yang mengaku beriman, harus dibuktikan dengan perbuatan. Orang yang hanya berbuat tanpa iman, amalnya justru tertolak.

Pada dasarnya semua pemberian Allah kepada manusia pasti manfaat. Namun, manusia itulah yang sering mengkufuri karunia tersebut dengan menggunakannya pada sesuatu yang tidak diridhoi oleh gusti Allah. Termasuk lisan. Hendaknya dugunakan untuk berkata benar yaitu mengucap la ilaha illaloh, membaca Al Quran, beramar ma’ruf nahi munkar, mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan sebagainya. Jika lisan dipakai untuk yang tidak baik maka sudah pasti mengundang murka Allah di dunia apalagi di akherat. Sahabat Nabi pernah bertanya, ya Rasulalloh, apa penyebab terbesar orang masuk neraka? Beliau menjawab: “karena lidah dan kemaluannya” [Riwayat At Tirmidzi]. Di dalam hadits yang lain Nabi bersabda, “Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga” (Riwayat Imam Bukhari).

Imam Al Ghazali dalam kitab ihya, menyebutkan beberapa bahaya lisan yang harus diperhatikan oleh manusia. Diantaranya;

1.      Berbicara yang tidak bermanfaat.  Termasuk dalam kategori ini banyak bercanda, olok-mengolok, ejek-ejekan, mengghibah, berbicara khayalan, bersumpah palsu, caci-maki, dan melaknat orang lain. Banyak bicara memang cenderung membuat orang tersebut salah atau khilaf. Seperti dalam pepatah “barangsiapa banyak berbicara, maka banyak pula jatuhnya, barangsiapa banyak jatuhnya maka banyak pula dosanya”. Maka, berbicaralah sederhana dan seperlunya. Sebab termasuk ciri muslim yang baik adalah meninggalkan bicara yang tidak bermanfaat baginya atau bagi orang lain [At TIrmidzi dan Ibnu Majah]. Allah ta’ala berfirman; “Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin, yakni orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan al-laghwu (perkataan dan perbuatan yang tidak berguna) [QS. al-Mukminun ayat 3].

Banyak bercanda, olok-mengolok, ejek-ejekan, mengghibah, berbicara khayalan, bersumpah palsu, caci-maki, dan melaknat orang lain, merupakan perkara-perkara yang dapat membinasakan hati serta menyulut api kebencian, kemarahan, bahkan permusuhan. Alangkah meruginya seseorang yang terbiasa dengan sifat-sifat tersebut, sebab hari-harinya temannya adalah syaithan. Padahal, syaithan itu adalah musuh bagi manusia. Oleh sebab itu, hindarilah perkataan maupun perbuatan yang sia-sia. Sebab, semua kita, saya yakin pasti ingin beruntung, selamat, dan masuk syurga.

2.      Berbohong. Pembohong termasuk salah satu kelompok yang celaka. Di dalam Al Quran, Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan kesudahan mereka yang suka berdusta. Bohong adalah pintu keburukan dan keburukan merupakan jalan menuju adzab. Di dalam kehidupan dunia kita saksikan, sepandai-pandai pejabat misalnya menipu daya, membuat skenario, akhirnya ditangkap KPK juga. Di lembaga manapun, para pembohong pasti tersingkir. Memang apapun jika sudah dimulai dengan kebohongan akan berakhir dengan tidak baik. Termasuk dalam rumah tangga. Jika diliputi kebohongan oleh suami atau istri, tunggulah kehancuran rumah tangga tersebut. Instansi Negara bahkan, akan mengalami hal yang sama jika terus dipimpin oleh para pembohong. Kecuali, mereka bertaubat, maka rahmat Allah Maha luas. Rasulullah bersabda: ''Waspadalah terhadap pembohong! Sebab pembohong dan orang-orang yang dzalim sama-sama dalam neraka.'' [HR Ibnu Majah]. Namun demikian ada waktu tertentu yang dibolehkan bagi seorang muslim untuk berbohong. Misalnya untuk menyelamatkan nyawa saudara muslim.

The power of positive words.

Kata-kata yang keluar melalui lisan jika ditata dengan baik dan berdasarkan ilmu maka akan menghidupkan setiap pendengarnya. Nasehat yang baik merupakan makanan hati. Ia ibarat air yang menyirami tumbuhan, ia ibarat air yang dibutuhkan oleh ikan. Bahkan, agama adalah nasehat terutama bagi mereka yang beriman. Sebaik-baik nasehat adalah kitabullah dan sunnah Nabi. Tidak akan mengalami kegersangan hati bagi mereka yang dekat dengan keduanya.

Di lingkungan sekolah, apabila guru-guru berbicara dengan ilmu, penuh kelembutan, bahasa kasih sayang, mengayomi, memotivasi, mengajak diskusi dan dialog, sungguh sekolah yang demikian patut dijadikan percontohan dan rekomendasi tempat belajar anak-anak kita. Di depan mereka menjadi contoh, bersama siawa memotivasi dan di belakang mendorong. Anak-anak saat ini problem yang mereka hadapi termasuk para guru yang tidak menjaga lisannya dengan baik. Mungkin saja guru tersebut di hadapan siswa baik, tapi dengan rekan gurunya ia tidak bisa menjaga. Bukan guru semacam ini yang kita maksud. Melakinkan guru yang saat bersama maupun sendirian ia bisa menjaga lisannya. Sudahlah di rumah, mungkin orangtuanya tidak mampu menjadi teladan, di sekolah juga keadaannya sama saja. Kasihan anak generasi umat ini.

Dewasa ini, sudah tidak relevan pendidikan dengan cara menghardik, membentak, memarahi anak, atau memukul. Mungkin satu dua tahun anak bisa survive dengan cara itu, namun mental anak bisa rusak, psikologinya kacau, dan cenderung anak tumbuh menjadi emosional, mudah marah, dan sebagainya.

Penting! Dr. Emoto adalah seorang ilmuwan dan peneliti dari Hado Institute, Jepang. Beliau meneliti tentang bagaimana reaksi air terhadap kata-kata yang dibacakan padanya. Disamping itu, selain air ia juga menggunakan media nasi sebagai objek penelitian.

Dalam penelitian tersebut, nasi yang sama dibagi ke dalam 3 wadah yang berbeda. Kemudian pada nasi pertama, diberi tulisan positif. Seperti, “Kamu baik, I love You, terima kasih,” dan lain sebagainya. Nasi kedua diberi tulisan yang negatif. Semisal, “Kamu busuk, jahat, aku benci kamu.” Sementara nasi ketiga dibiarkan saja tanpa tulisan apa-apa.

Setiap hari, nasi-nasi itu dibacakan kata-kata yang tertulis di masing-masing wadahnya. Apa yang terjadi kemudian sangat mengejutkan, Pada hari ke 27, nasi pertama―yang diberi tulisan kata-kata positif―menjadi tidak basi. Ia hanya berjamur, tapi jamurnya bukan yang bau, melainkan jamur ragi yang wangi. Nasi kedua, secara mengejutkan menjadi basi, menghitam dan busuk lebih cepat. Sementara nasi ketiga, nampak berkerak kehitaman alami.

Akhirnya Dr. Emoto mengambil kesimpulan bahwa, memang kata-kata memiliki dampak kekuatan yang mempengaruhi kondisi seseorang dan sesuatu. Hal yang sama juga terjadi pada air. Dalam bukunya The True Power of Water, ia menunjukkan bahwa air yang selalu dibacakan kalimat-kalimat positif membentuk Kristal persegi enam yang sangat indah. Sementara jika kata-kata yang diucapkan adalah negatif, air tersebut kristalnya menjadi rusak dan tak beraturan.

Jika kata-kata sangat berpengaruh pada benda yang kita anggap benda mati, maka bagaimana kiranya dengan manusia sebaik-baik ciptaan? Apakah kamu tidak berfikir wahai orang-orang yang berakal???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Problem lembaga pendidikan

Tips Memilih Pondok Pesantren (Sekolah lanjutan)

Alergi dengan Kata Khilafah, Jihad dan Ummah???