Ihwal Doa

 


IHWAL DOA

Doa adalah senjatanya orang yang beriman. Ungkapan tersebut seakan mengisyaratkan bahwa doa merupakan sarana paling hebat dalam menuju tujuan di saat genting sebagaimana halnya senjata yang dipergunakan di saat darurat (perang dan membela diri). Semua orang yang hidup pasti akan mengalami saat-saat sulit, penuh ujian baik dari sisi ekonomi, sosial, politik, keluarga bahkan agama. Sebab hidup sejatinya adalah tempat ujian. Disamping hidup juga adalah hiasan, tapi sifatnya semu. Hidup adalah kesenangan, tapi menipu.

Orang beriman pasti selalu berdoa karena ia sadar bahwa puncak dan inti ibadah adalah doa. Panutan mukminin, manusia terbaik sepanjang jaman, paling sempurna iman, amal ibadah dan akhlaknya, paling tinggi derajatnya di langit dan bumi, Rasulullah , pun selalu berdoa. Lalu bagaimana mungkin ada orang yang mengaku umat Nabi, tetapi merendahkan bahkan membidahkan orang yang berdoa.

Doa adalah ibadah. Ia adalah perintah Allah bagi hamba yang beriman. Mulai urusan yang kecil hingga perkara besar kita diajarkan oleh Nabi untuk berdoa-meminta garam untuk makanan hingga syurga Firdaus-. Tidaklah seseorang berat untuk berdoa melainkan dua hal; pertama, ketidaktahuan, atau kedua, merasa mampu, cukup, mungkin juga sombong.

Doa yang paling baik adalah di saat sepertiga malam yang terakhir. Pada waktu itu Allah turun ke dunia (dengan cara Allah, bertanya tentangnya adalah bidah) dan menyeru “siapa yang meminta kepadaku niscaya aku beri, siapa yang memohon ampun kepadaku niscaya aku ampunkan”. Menghidupkan malam dengan amal sholih merupakan kebiasaan orang-orang sholih terdahulu. Mereka bangun di saat manusia tertidur berdzikir kepada Allah . Sangat disayangkan, jika ada manusia yang mampu begadang semalam suntuk tapi tidak terbuka hatinya untuk beribadah walaupun dengan dua rakaat shalat. Apalagi jika ada yang menyengaja terjaga di malam hari untuk bermaksiyat, naudzubillah.

Doa yang paling baik adalah setiap selesai beramal sholih. Disayangkan sekali ketika menyaksikan sebagian muslimin setelah selesai shalat lima waktu misalnya mereka buru-buru meninggalkan masjid tanpa berdoa bahkan berdzikir. Padahal ia adalah waktu yang istimewa. Demikian setelah mengkhatamkan Al Quran, atau mungkin membacanya 1 juz per hari, sempatkanlah untuk menengadahkan tangan ke langit, sampaikan hajatmu insya Allah diijabah. Termasuk waktu istimewa berdoa setelah bersedekah, menolong orang tua, tetangga dan sebagainya.

Doa yang paling baik adalah di sisi Kakbah. Ibadah di masjidil haram, memiliki keistimewaan tersendiri, yakni 100.000 derajat dibanding masjid lain dimanapun di dunia ini. Berdoa di sana juga memiliki keutamaan tersendiri, yakni barangsiapa berdoa di sisi kakbah pasti diijabah untuknya selama ia tidak melakukan kesyirikan, dosa besar dan memutus silaturahmi. Jika belum mampu menuju kesana, maka berdoalah di masjid Nabawi terutama di raudhah yaitu bagian yang berada antara mimbar Nabi dan rumahnya, jika tidak, maka di masjidil Aqso, jika tidak juga maka berdoalah di masjid-masjid sekitar rumah.

Doa yang paling baik adalah doa orang tua terhadap anak. Tiada penghalang diijabahnya doa orang tua kepada anak kecuali tiga hal yang telah kami sebutkan di atas. Mendoakan anak adalah kebiasaan para Nabi dan orang sholih terdahulu. Bahkan sebelum menikah dan dilahirkannya anak, sangat dianjurkan memanjatkan doa untuk anak. Hal tersebut sebagai bentuk ihktiar insani agar anak yang diperoleh tumbuh menjadi manusia yang taqwa. Nabi Zakariya berdoa kepada Allah, dikaruniai Nabi Yahya. Ibrahim berdoa kepada Allah dikaruniai Ismail dan Ishaq. Semua memiliki pribadi yang agung dan indah.

Penting dipahami oleh orang tua, terutama ibunda. Awas dengan lisanmu terhadap anak. Ucapanmu adalah doamu. Berapa banyak anak dengan kenakalan di luar batas, tanpa sadar justru itu semua bermula dari lisan ibunya di rumah. Pantang jika ibunda saat marah dan berkata misalnya;

 “Mati saja engkau!

 “Sampai mampus juga jangan harap kami perduli”!

“Dasar anak nakal, kurang ajar”!

“Dasar anak tak berguna, tidak bisa diatur”!

Ingat, semua bermula dari rumah, terutama ibunya.

Doa yang paling baik adalah di bulan Ramadhan. Bulan dimana Al Quran diturunkan dan diwajibkan berpuasa serta terdapat satu malam istimewa yaitu lailatul qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Bulan ini menjadi bulan paling mulia disebabkan kedua hal tersebut. Maka siapapun yang menjalaninya dengan baik, niscaya ia tergolong orang yang mulia. Doa orang berpuasa itu mustajabah apalagi dilakukan pada bulan ramadhan.

Adab berdoa.

Ilustrasi sederhana. Bayangkan ada orang datang ke rumah, tanpa muqoddimah langsung dia berkata, “berikan saya ini dan itu, saya minta begini dan begitu”. Apa jawaban anda? -Ya, sebagai orang beriman yang lapang dada, mungkin anda akan memberikan-. Kesan pertama orang tersebut tidak punya tatakrama. Itu dengan sesama manusia. Dengan seorang raja tentu akan berbeda lagi. Lalu bagaimana dengan Allah?

Pertama, mulailah dengan memujiNya, menebut asmaNya, merendah di hadapannya, sebutkan dan tunjukkan kebutuhan diri kita akan diriNya.

Kedua, bersalawat kepada Nabi.

Ketiga, jangan terburu-buru dalam berdoa atau menanti diijabahnya doa.

Keempat, yakin setiap doa pasti diijabah, ranah kita sebagai hamba adalah berdoa dan berdoa, urusan mengijabah adalah hak preogratif Allah.

Kelima, tutup doa dengan salawat kepada Nabi dan pujian kepada Allah.

Keenam, diutamakan berdoa dengan doa-doa yang ada di dalam Al Quran serta Sunnah Nabi. Adapun doa selain itu, mustahab. Berdoa dengan bahasa ibu, juga baik.

Penting.

Seringkali kita berdoa sesuatu dan berharap diijabah sebab merasa itulah yang terbaik dan paling dibutuhkan. Ternyata tidak kunjung diijabah. Maka, tetaplah bersangka baik kepada Allah. Sebab bisa jadi belum waktunya diberikan kepadamu atau memang Allah punya pilihan lain untukmu. Percayalah, pilihan Allah adalah yang terbaik.

Bertabarruk dengan doa orang sholih.

Telah dimaklumi bahwa derajat satu insan dengan lainnya berbeda-beda. Paling tinggi adalah Anbiya, lalu auliya, kemudian ulama, kemudian kelompok demi kelompok manusia sesuai kadar agamanya. Kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya tentu memiliki nilai tersendiri. Ibarat tangan kanan presiden jika memiliki hajat tentu lebih mudah baginya menyampaikan dan kemungkinan di ACC pengajuannya lebih besar. Maka, Tidak mengapa jika kita mendatangi para kekasih Allah dan meminta didoakan. Ini bukan perkara bidah. Para salafuna as sholih terdahulu juga melakukan yang sama. Saling mendoakan dan meminta didoakan.

Doa yang harus dijaga.

1.      Untuk orang tua. رَّبِّ اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً

2.      Anak dan istri.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

3.      Kecukupan rezeki. اللهم اكفنا بحلالك عن حرامك و اغننا بفضلك عمن سواك

4.      Untuk akhir yang baik. اللهم ارزقنا توبة نصوحا قبل الموت اللهم ارزقنا حسن الخاتمة

5.      Taqwa dan hidayah. اللهم انا نسألك الهدى و التقى و العفاف و الغنى

6.      Ilmu. اللهم اجعلنا و ذريتنا من اهل العلم و الخير و لا تجعلنا و لا من ذريتنا من اهل الجهل و الضير

7.      Kebaikan dunia dan akherat. اللَّهُمَّ آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النار

 

Kisah.

Imam Ahmad, Imam Ahlussunnah wal jamaah, siapa yang tidak kenal beliau. Suatu hari beliau tiba-tiba tergerak untuk berangkat menuju suatu tempat, tanpa ada niat sebelumnya. Beliaupun berangkat. Tiba di tempat tersebut, hari sudah gelap dan larut. Beliaupun singgah di sebuah masjid dan berharap bisa istirahat disana. Penjaga masjid yang mendapati beliau, memerintahkan agar meninggalkan masjid. Wah, imam besar sekelas beliau diusir dari masjid? Rasanya logis, sebab masa itu media belum secanggih saat ini. Alangkah mudah bagi kita mengenali para kekasih Allah dengan kemajuan teknologi. Kita tidak pernah bertemu langsung dengan Habib Rizieq Shihab, tapi bisa tahu wajahnya, bahkan kajiannya dan perkembangan isu tentang beliau. Kita tidak pernah bertemu ustad Abdul Somad, tapi bisa tahu rupanya dan juga bahasan beliau. Demikian dengan guru-guru kita yang lainnya. Hatta, yang salafiyun juga kita bisa tahu jelas dengan perantaraan media.

Singkat cerita. Imam Ahmad akhirnya terus berjalan, hingga mendapati seorang penjual roti. Beliau singgah dan ditawari roti. Beliau makan dan memperhatikan penjual tersebut mulutnya komat kamit beristighfar. Terjadi dialog, pedagang roti tersebut menyampaikan bahwa ia selalu berdoa agar dipertemukan dengan Imam Ahmad. Masya Allah. Begitulah cara Allah mengijabah doa hambanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Problem lembaga pendidikan

Tips Memilih Pondok Pesantren (Sekolah lanjutan)

Alergi dengan Kata Khilafah, Jihad dan Ummah???